Melawan Takdir

Melawan Takdir
~ Latonro Library ~


Judul              : Melawan Takdir
Penulis          : Hamdan Juhannis
Penerbit         : Alauddin University Press
Terbit              : 2013
Tebal              : xiv + 333 halaman
Kategori         : Autobiografi


Terkadang aku mendapatkan perlakuan berupa pengabaian atau penomorduaan dari sikap orang di sekitarku, mungkin karena kondisi ekonomi keluargaku.  Yang positif tapi menyedihkan adalah usapan kepala yang sering aku terima bila ada keluarga yang sempat singgah ke gubukku,  sebuah usapan yang langsung membuat air mataku berderai tapi paling tidak,  membantuku kuat secara psikologis bahwa kondisi kehidupan ekonomiku yang serba terbatas tidaklah kami jalani sendiri. Mungkin itulah yang bekerja di bawah alam sadarku bahwa usapan kepala yang sering kualami dari orang-orang yang bersimpati membuatku tegar menapaki nasib.

Itulah kekuatan sekolahku dengan suasana kebersahajaan kampung yang dimilikinya.  Doktrin sekolah tentang kesuksesan sangat jauh dari sentuhan materialisme,  yang berbeda dengan suasana yang dialami oleh kebanyakan murid-murid di sekolah mahal yang sibuk mempertontonkan kedigjayaan ekonomi orang tuanya.  Dari gejala ini,  muncullah anekdot tentang arogansi murid murid terhadap lainnya.  Konon tiga murid SD ditanya oleh ibu gurunya mengenai pekerjaan orang tuanya.  Anak pertama menjawab: "Sebagai Pilot,  ayahku sudah melintasi lima benua,  yang disaluti dengan kekaguman oleh Ibu gurunya Anak kedua tidak mau kalah dari yang pertama dengan mengatakan: "Sebagai Nakhoda Kapal Pesiar,  ayahku sudah mengarungi semua samudera."  Gurunya pun berdecak kagum dengan kehebatan ayah murid keduanya.  Dan murid ketiga yang ayahnya hanya Tukang Cat merasa nyali arogansinya tertantang oleh dua temannya,  ia lalu bertanya pada ibu gurunya:  Apakah ibu guru pernah mendengar Laut Merah?  Gurunya menjawab: "Pernah nak."  Murid ketiga bertanya lagi:  Pernahkah ibu guru mendengar Laut Hitam?  Ibu gurunya sekalilagi menjawab:  tentu pernah nak.  murid ketiga itu mengunci dengan mengatakan: "Kedua laut itu,  ayahkulah yang mengecatnya.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Flickr Photostream

Twitter Updates

https://twitter.com/IlhamImmawan

Meet The Author